5/10/16

Tanggung Jawab Orang Tua dalam Menghindari Laka Lantas yang Melibatkan Anak

Pada dasarnya saya memang suka gak tahan kalau lihat korban laka lantas di jalanan. Dada ini rasanya tiba-tiba jadi sesak. Apalagi kalu korbannya anak-anak, suka bayangin betapa mereka harus merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa. Suka gak terima rasanya... *entahlah gak terima sama siapa

Akhir-akhir ini sering sekali terjadi laka lantas di Jalur Lintas Selatan Pacitan. Termasuk pagi ini di Rute Lorok-Sudimoro dengan korban seorang anak kecil. Entahlah faktor apa yg paling dominan menjadi penyebabnya. Faktor jalan yang berliku, dan naik-turun kah...? Pertumbuhan kendaraan bermotor yang pesat kah...? Karena saat ini hampir semua orang memiliki kendaraan pribadi. Kurangnya kesadaran lalu lintas kah..? Atau malah sklill pengendara yang tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor...? Dan yang paling menonjol adalah kurangnya kesadaran akan safety driving.

Tiap pagi saat saya pergi kerja, atau bahkan dalam keseharian saya suka ketemu orang tua yang bonceng anaknya sambil kebut-kebutan (ini bapak-bapak juga ibu-ibu lhoo..). Belom lagi anaknya ditaroh di depan tanpa pelindung apa kek apa kek. Topi enggak, jaket enggak, masker enggak, kaca mata enggak, helm enggak. Ada lagi yang lebih jomplang, orang tuanya pake jaket kulit, sepatu, sama helm INK yang konon safety, terus anaknya teteup ditaroh depan gak pake apa-apa, ngebut, dan perjalanan jauh. Ada juga yang berani2nya bawa anak bayi baru berumur beberapa bulan naik mitor lintas kota, katakanlah pacitan-jogja yg maka  waktu paling cepet 4 jam, belum lagi kalau jogjanya coret nambahlah itu waktu berkendara. Parahnya lagi, suka ada yg kaya gitu, bayinya gak di kasih tutup kapala, terus ditaroh samping yang anginnya kenceng. Iki pie to karepe ...? Ora eman anak po yo...? (Ini apa sih maunya...? Gak sayang anak apa ya...?) Padahal, untuk kasus yang bayi ini ya, akan lebih bijak naik kendaraan umum yang seperti bus dan trevel.

Oke, itu tadi yang motor, sekarang yang mobil. Kemarin pas pulang wisata saya dapat pemandangan dari depan mobil, ada anak yang kepala, tangan, dan setengah badannya dikeluarin dari jendela dalam perjalanan beberapa kilometer. Di mobil itu banyak yang naik, malah dideket anak itu duduk beberapa ibu-ibu. Kok ya gak ada yang negur si anak demi keselamatannya. Beberapa kilometer saya perhatikan, si anak dibiarkan saja dengan tingkahnya. Kok bisa gitu ya...? Apa mereka gak eman (sayang) sama si anak...? 

Gak usah lah jauh-jauh, pada suatu perjalanan, ada seorang handaitaulan yang sedang mengemudikan mobil dan Darrel yang masih usia 3,5 tahun duduk di sampingnya. Demi keamanan, saya pasangkan sabuk pengaman di badan  Darrel, apalagi beliau mengemudi cukup ugal-agalan. Mungkin beliau merasa Darrel jadi kurang leluasa, kemudian tanpa meminta persetujuan saya, beliau melepas sabuk pengaman di badan Darrel. Beliau kemudian meminta Darrel untuk berdiri saja supaya bisa melihat-lihat pemandangan sepanjang jalan. Coba, pikir! Apa sebenarnya di benak beliau...? Spontan saya laranglah Darrel yang masih kecil bertingkah seperti itu, langsung saya minta untuk duduk bersandar dan berpegangan supaya aman. Kedengeran parno gitu yaa...? Woohh ra ngerti lek nyupir koyo opo sih! Demi apa? Demi anak kita tidak harus menderita karena kebodohan orang tua! Catet!

Kembali lagi ke kasus laka lantas yang sering menjadi pemandangan pagi hari saya saat berangkat kerja. Anak-anak yang terlibat laka lantas di pagi hari di jalanan itu kebanyakan adalah anak-anak dari Kecamatan Sudimiro yang bersekolah di Daerah Lorok. Bahwasanya menurut opini publik, di Daerah Lorok banyak sekolah-sekolah yang lumanyan berkualitas untuk ukuran daerah saya (PAUD, TK, SD, SMP, SMAs segera bekerja. Kebut-kebutan sudah jadi pemandangan sehari2. Padahal ada banyak alternatif aman untuk menjadikan anak mereka terdidik dengan baik.

1. Sekolahkan anak di sekolah terdekat. Perjalanan jauh setiap hari tidak baik untuk kesehatan anak. Toh, sekolah terdekat pasti memiliki kualitas yang baik yang anda mungkin tidak tahu. Dan ketika anak Moms kurang berkembang jangan salahkan sekolah karena sekolah di manapun peran orang tua di rumah lebih berpengaruh dalam pendidikan.

2. Tempatkan anak di asrama atau kos. Kalau nekat pengen sekolah di tempat yang jauh dari rumah, maka alrernatif ini akan mengurangi resiko kesehatan dan jiwa anak Moms.

3. Ikutkan mobil/bus jemputan. Sama-sama melakukan perjalanan setiap hari, tapi akan lebih aman dan nyaman bagi kesehatan dan jiwa anak Moms. Anda tidak akan terlalu diresahkan oleh jam terlambat masuk sekolah atau kerja.

Itu saja mungkin yang bisa saya sarankan.

Selama orang tua sadar betapa berharganya jiwa seorang anak, mereka seharusnya sadar akan menajaga keamanannya.

Dan anak-anak bukan manusia kecil tetapi manusia yang belum dewasa.  Jadi kitalah yang bertanggung jawab atas keselamatan mereka Moms!

No comments:

Post a Comment