Ceritanya, beberapa bulan yang lalu Darrel sempat melakukan imunisasi di Polindes tanpa kehadiranku. Maklumlah jam imunisasi yang ditetapkan Polindes adalah jam kerja, dimana aku juga harus bekerja pada saat itu. Mungkin saat itu Bidan Desa juga sempat ngobrol dengannya, seperti menanyakan "Mana Mamanya?". Imunisasi berikutnya, aku hadir bersamanya untuk melakukan imunisasi. Bidanpun menanyakan hal yang sama, "Mana Mamanya?" dll.
Suatu siang, dikala week end. Kami bertiga, aku, Darrel (2tahun 8bulan), dan ayah bersiap untuk tidur siang. Kami semua sudah berbaring di tempat tidur, tapi Darrel tidak juga memejamkan mata. Beberapa saat kemudian, dia duduk di tempat yang sama kemudian berbicara seolah-olah sedang ngobrol dengan seseorang.
Suatu siang, dikala week end. Kami bertiga, aku, Darrel (2tahun 8bulan), dan ayah bersiap untuk tidur siang. Kami semua sudah berbaring di tempat tidur, tapi Darrel tidak juga memejamkan mata. Beberapa saat kemudian, dia duduk di tempat yang sama kemudian berbicara seolah-olah sedang ngobrol dengan seseorang.
"Aduuhh..."
"Gak papa ya..?
"Yaa...?"
"Gak papa yaa..."
"Anak pinter kok."
"Ini mau disuntik, gak papa ya.."
"Gak sakit kok."
"Mana Mamanya...?"
"Mamanya kok gak ada?"
"Mamanya mana?"
"Yang itu?"
"Yang itu...?"
"Bukan...?"
"Oo... Ini to Mamanya."
"Gak papa ya..?
"Yaa...?"
"Gak papa yaa..."
"Anak pinter kok."
"Ini mau disuntik, gak papa ya.."
"Gak sakit kok."
"Mana Mamanya...?"
"Mamanya kok gak ada?"
"Mamanya mana?"
"Yang itu?"
"Yang itu...?"
"Bukan...?"
"Oo... Ini to Mamanya."
Rasanya geli sekali mendengarnya. Tapi di sisi lain Darrel berbicara tentang perasaannya, di mana dia sangat mengharapkan kehadiranku pada moment yang menurutnya penting seperti saat melakukan imunisasi.
No comments:
Post a Comment