8/12/15

3 Poin Penting Sebelum Masuk sekolah PAUD/Play Group

Moms, sebenernya berapa besar sih kebutuhan anak kita pada sekolah pra-TK atau yang biasa disebut Pendidikan Usia Dini (Paud) atau Play Group....? Lalu, kapan anak harus masuk Play Group....? Mungkin pertanyaan ini sering kali muncul di benak kita ketika usia anak mendekati 3 tahun dan anak sudah mulai terampil. Begitupun dengan saya, ketika Darrel memasuki usia 2 tahun 9 bulan, ketika itu dia sudah memiliki kemampuan berbicara yang baik, dapat mengerjakan beberapa pekerjaan kecil, dan teman-temannya mulai masuk sekolah. Saya sempat kepikiran untuk memasukkannya ke sekolah juga, tapi niat itu saya urungkan ketika nenek Darrel memberikan beberapa pandangan lain. Karena saya masih ragu akan keputusan-keputusan saya, maka saya sempat mengajak teman-teman saya berdiskusi tentang hal ini. Nah, dari diskusi tersebut saya dapatkan beberapa point penting yang harus Moms perhatikan sebelum Moms memutuskan untuk memasukkan anak ke sekolah PAUD/Play Group.

3 Point Penting Sebelum Masuk Sekolah PAUD/Playgroup

1. Pastikan minat anak untuk ikut aktif di sekolah.
Berapapun usianya, ketika anak ngebet pengin ikut pergi ke sekolah maka Moms boleh mencobanyanya. Coba saja dulu, jika anak merasa nyaman di sana, lanjutkan. Sebaliknya, jika anak menolak untuk pergi ke sekolah maka Moms tidak perlu memaksanya. Memaksa anak untuk pergi ke sekolah tidak akan ada gunanya, justru membuatnya berontak dan trauma. Sebaliknya, biarkan anak memiliih apa yang ingin ia lakukan, dan sebagai orang tua kita terus berikan motivasi yang baik.

2. Bagaimana kondisi lingkungan rumah kita?
Sebenarnya kebutuhan anak pada usia 3-4 tahun lebih pada kebutuhan sosialisasi dan motivasi. Anak-anak akan lebih mudah bersosialisai dengan sebayanya. Ketika tempat tinggal Moms berdekatan dengan tempat tinggal anak-anak sebayanya maka kegiatan bersosialisi akan lebih sering dilakukan, kemudian motivasi dan kepercayaan diri si anak akan lebih mudah tumbuh. Tapi jika letak rumah Moms jauh dari teman-teman sebaya si anak, maka Moms perlu lebih sering membawa anak ke tempat-tempat yang banyak teman-teman sebayanya, seperti taman bermain, memanfaatkan momen-moment seperti pemeriksaan di posyandu dan menghadiri ulang tahun teman sebaya. Tapi kadang-kadang itu tidak cukup, dan Moms bisa memutuskan untuk memasukkan anak ke sekolah PAUD/Play Group. Sekolah PAUD/Play Group adalah salah satu wadah sosialisasi bagi anak-anak Moms.
Darrel bersama teman-temannya pada perayaan ulang tahunnya yang kedua.

3. Apakah anak bersama orang-orang yang tepat...?
Ada orang tua yang bisa menemani anaknya selama 24 jam penuh, ada juga yang tidak. Orang tua yang bisa 24 jam bersama anaknya memiliki kesempatan lebih banyak mengajak anaknya untuk belajar, bermain, bersosialisasi dan terus memberikan motivasi, tapi tidak sepenuhnya bagi orang tua yang bekerja di luar rumah. Bagi Moms yang bekerja di luar rumah dan mempercayakan anaknya kepada orang lain selama bekerja (pengasuh atau nenek) maka harus mengamati, bagaimana cara pengasuhan mereka. Apakah anak sering diajak berkomunikasi...? Apakah anak sering di berikan motivasi atau tidak..? Apakah anak diberi kesempatan untuk bersosialisasi di luar rumah atau tidak...? Setelah beberapa pertanyaan tersebut terjawab, Moms bisa menyimpulkan apakah Moms cukup dapat memepercayakan pengasuhan anak pada orang-orang yang ada di rumah atau Moms perlu memasukannya ke sekolah PAUD/Play Group
Darrel sedang mengagumi trail pada Parade Trail 2015, bersama teman-teman satu gang.

Setelah melakukan diskusi dengan beberapa teman, dan mendapatkan 3 poin penting di atas, saya jadi lebih mantab dengan pilihan saya menunda saat memasukkan Darrel ke sekolah PAUD/Play Group. Pertimbangan saya adalah, di sekitar tepat tinggal saya ada banyak anak-anak sebaya Darrel yang sering berkumpul dan bermain bersama maka ia cukup memiliki wadah untuk bersosialisasi. Pengasuh Darrel yang menjaganya selama saya bekerja juga memiliki kemampuan mengasuh yang baik, ia sangat komunikatif. Ia senang memberikan penjelasan-penjelasan yang logis pada Darrel dalam memberikan aturan maupun menjawab setiap pertanyaan Darrel. Ia juga memberikan Darrel jadwal rutin untuk bermain di luar rumah bersama teman-temannya. Namun di luar itu semua, saya tetap berusaha mengamati minat Darrel untuk pergi ke sekolah dengan sesekali membawanya bermain ke sekolah terdekat. Ia senang berada di sana, tapi menatnya belum begitu besar. Maka saya akan terus memantau kedepannya.

Semoga 3 poin penting ini bermanfaat bagi Moms yang memiliki kegalauan yang sama dalam memasukkan anak ke sekolah PAUD/Play Group.

Terima kasih juga untuk teman-teman diskusi saya:
Adinda Dwitami, Veny Nurhandari, Cari Wijayanti, Niken Tripamikat Ingtyas, Nur Asyikin, Ginanjar Dimas Agung, Bronie Nira, Puz Brahim.



8/3/15

Sampah di Rumah Kita

 Berpikir tentang apa yang bisa kita lakukan untuk hidup kita, apa yang bisa kita lakukan untuk anak kita, apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain, hewan, tumbuhan. Cukup! Itu semua bagian dari lingkungan. Jadi apa yang bisa kita lakukan untuk lingkungan kita? Setidaknya, yang ada di sekitar kita.

Tak akan terasa berapa banyak yang kita lakukan untuk memenuhi konsumsi kita sehari-hari. Berapa banyak tenaga & waktu kita untuk bekerja, mendapatkan uang kemudian kita curahkan untuk konsumsi kita.

Dan di abad ini segala sesuatu telah diproduksi oleh pabrik dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan kita yang tiada habisnya. Agar barang tidak mudah busuk atau rusak maka pabrik menambahkan pengawet. Agar barang tampak menarik, pabrik menambahkan pewarna, pewangi, dan polesan. Dan, agar barang tidak mudah hancur saat didistribusikan, pabrik membuat kemasan terbaik untuk produk mereka.

Sebagai konsumen tentu kita senang ketika dimudahkan. Setiap saat kita membutuhkan sesuatu, kita tinggal membelinya dari toko-toko terdekat. Tentu saja setiap barang dibungkus dalam kemasan. Lalu akan ada berapa banyak kemasan dalam satu rumah, dua rumah, tiga rumah. Banyak sekali. Apa rumah kita memiliki space yang cukup untuk menampung kemasan-kemasan itu? Apa TPA yang ada tetap akan muat? Apa lahan di bumi ini bisa melebar demi menampungnya? Di sisi lain, pabrik juga terus beroperasi, memproduksi barang sekligus dengan kemasannya, semakin lama semakin banyak.

Oke, sekarang lebih spesifik pada permasalahan sampah saja. Sebenarnya, ini bukan isu yang baru. Bahkan pendidikan tentang sampah sudah disisipkan kesegala lapisan. Sekolah-sekolah, pemerintahan, sudah banyak melakukan edukasi, tapi rasanya semuanya hanya sesaat. Padahal umur bumi masih panjang. Bukankah semestinya kecintaan kita pada lingkungan juga harus terus-menerus. Bahkan, semestinya kecintaan ini juga kita turunkan pada anak cucu kita. Mungkin berbuat untuk sesuatu di luar diri kita itu tidak lebih ikhlas dibandingkan untuk diri sendiri. Jadi, mari kita bahas berapa pentingnya mengelola sampah bagi diri kita sendiri, baru kemudian untuk yang lain.

Sebenarnya, mengapa kita mesti mengelola sampah kita?
Mari kita berbicara tentang kuantitas. Jumlah sisa kumsumsi kita (a.k.a kemasan, a.k.a sampah) akan terus bertambah setiap harinya, sedangkan rumah kita tidak bertambah luas, sedangkan tempat sampah yang ada di rumah sebentar-sebentar pasti penuh. Apakah kita akan tidur, makan, bersantai bersama gunungan sampah di rumah kita? Sedangkan gunungan sampah di rumah adalah habitat yang mendukung pertumbuhan bibit penyakit.

Jadi, apa yang bisa kita perbuat?
Kelola sampah! Kita sering mendengar tentang 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Tentu saja itu bukan sekedar slogan. Pertama, yang perlu kita lakukan ialah, memilahnya sesuai jenis dan kegunaan. Ketika, Moms menyimpannya secara terpilah dan menatanya, maka koleksi barang bekas (a.k.a sampah) Moms akan tampak lebih rapi, meminimalisirnya dari sarang penyakit, dan Moms akan mudah mendapatkannya ketika akan menggunakannya kembali. Mari kita terapkan di rumah kita, Moms.

Apa yang harus kita lakukan pada sisa makanan di rumah kita?
Jika Moms memiliki hewan piaraan di rumah, seperti ayam, atau ikan (khususnya lele), maka Moms bisa menjadikannya campuran makanan bagi mereka selagi kondisi sisa makanan dirasa cukup aman untuk konsumsi mereka. Jika tidak, Moms bisa menggunakan komposter sederhana untuk mengurainya kemudian hasil kompos dapat Moms gunakan untuk menyuburkan tamanan di sekitar rumah. Ini yang namanya mereduce. Dengan begitu, tidak akan ada gunungan sisa makanan yang membususk, berbau, dan menjadi sumber penyakit di rumah kita. 

Apa yang harus kita lakukan pada bungkus atau kemasan?
Oke, setiap barang mungkin akan dapat kita gunakan kembali. Misalnya kaleng bekas untuk pot atau gayung, kardus bekas untuk pembungkus paket atau sebagai storage. Begitu juga dengan kresek, tetrapack, botol, dll. Ini yang namanya reuse. Hanya butuh sedikit kreatifitas, Moms. Dan dengan metode reuse  ini, Moms tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membeli barang-barang baru yang akan membuat rumah terasa lebih penuh dan sesak. Hidup hemat dengan reuse, Moms!

Ini sampah rumah kami yang sudah dipilah.
Sebagian sudah dijual ke pengepul.
Tapi jika, beberapa benda tidak dapat kita manfaatkan lagi secara pribadi, atau Moms tidak punya banyak waktu untuk melakukannya, atau sekedar malas untuk melakukannya, maka solusi berikutnya setelah memilah dan menata adalah menghubungi orang-orang yang tepat. Ada beberapa peternak dan pengelola kompos yang siap menampung sisa makananmu, Moms. Silahkan menghubungi mereka untuk mengambil dan mereducenya. Di luar sana, ada beberapa pengrajin dan pengepul sampah yang bisa Moms hubungi untuk menampung kemasan dan barang bekas di rumah. Secara langsung, pengrajin dengan senang hati mereuse sampah Moms menjadi hasil kerajinan bernilai jual tinggi. Dan pengepul sampah akan menyalurkan sampah-sampah Moms pada pihak yang tepat, pabrik recycle plastik, kertas, atau bahkan menjualnya ke pihak yang mampu mereuse barang-barang seperti botol dan teman-temannya. Moms bisa memberikannya secara cuma-cuma atau menerima imbalan dari semua itu. Tentu saja, selain masalah sampah di rumah terselesaikan, Moms juga mendapatkan manfaat secara ekonomi dari 3R ini.

Selain 3R, satu hal yang juga harus terus kita pertahankan khususnya bila berada di tempat umum adalah membuang sampah pada tempatnya. Mari kita biasakan mebuang sampah pada tempat sampah dengan label yang benar. Membuang sampah pada tempat sampah dengan label yang benar dapat mempermudah pekerjaan orang lain dalam mengelola sampah kita.

Percayalah, Moms... Dengan selalu membuang sampah pada tempatnya dan mengelola sampah di rumah sendiri, Moms telah melakukan edukasi yang benar. Kebiasaan ini akan menginspirasi anak-anak dan orang di sekitar kita. Jika ini dilakukan terus-menerus oleh kita, oleh anak-anak kita, dan orang-orang disekitar kita, kemudia orang-orang di sekitar mereka, maka kita tidak akan terlalu merisaukan nasib anak cucu kita kelak, karena bumi tempat mereka tinggal kelak tidak akan lebih sempit seperti jika kita tidak pernah berbuat apa-apa pada sampah.

Ini bukan hal besar, tapi akan luar biasa hasilnya jika kita mau melakukannya.