Apa sih arti pekerjaan bagi teman-teman....?
Sebagian orang mungkin telah dipersiapkan untuk menjadi sesuatu sejak ia masih kecil oleh orang tuanya. Sebagian lagi, memiliki kesadaran untuk mempersiapkan dirinya sendiri sejak awal untuk sebuah tujuan. Dan sebagian lagi, tidak.
Saya lahir di sebuah daerah di Jawa yang secara geografis cukup terisolasi. Secara geografis daerah kami berada di tepi laut selatan, dan dikelilingi perbukitan yang sangat luas. Jalan-jalan disana lebih banyak terjal dan meliuk-liuk. Daerah kami tidak dilewati kendaraan umum yang menghubungkan daerah satu dengan yang lainnya. Otomatis, ini lebih sepi karena yang keluar masuk daerah kami hanya orang-orang yang memang memiliki tujuan ke daerah kami. Jangankan orang luar mau masuk ke daerah kami, kami yang ada di dalam daerah pun bahkan malas untuk bepergian ke luar. Rasanya perjalanan ke luar daerah itu memakan waktu yang lama dan melelahkan. Tak jarang orang yang akan bepergian dihantui oleh masalah mabuk kendaraan. Belum lagi kendaraan umum di daerah kami cukup langka. Mini Bus dari kota kebupaten menuju kota kecamatan kami saja hanya beroperasi antara pukul 6 pagi hingga pukul 2 siang. Bayangkan...
Dengan keadaan seperti itu, potensi akademik kami pun tidak berbanding lurus dengan wawasan yang luas. Mmm...? Bisa dimengerti?
Kembali pada masalah pekerjaan. Wawasan tentang pekerjaan ini ternyata cukup penting. Sayangnya wawasan tentang pekerjaan di daerah kami sangat minim. Pekerjaan yang orang tahu di daerah kami adalah petani tradisional, berdagang di pasar, menjadi guru, dokter, dan polisi. Dan menjadi guru adalah pilihan paling bagus, karena semua orang mungkin bisa menjadi guru. Ini lebih mudah dari pada menjadi dokter. Apabila negara mengakui, penghasilannya akan lebih banyak dibandingkan bertani secara tradisional dan ini tidak membutuhkan lebih banyak modal dibandingkan berdagang di pasar atau mendaftarkan diri pada akademi polisi. Kontan semua orang yang hanya puanya sedikit modal dan tidak menonjol secara akademis berlomba untuk menjadi guru. Hampir tidak ada orangg tua yang menyarankan anaknya untuk kuliah atau bekerja di bidang manajemen, hukum, komunikasi, atau teknik apalah-apalah. Adapun itu sangat minor.
Mendengar curhatan beberapa teman dan sanak-saudara. Betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dan menghasilkan di daerah kami. Begitu banyak lulusan sarjana pendidikan, banyak yang menjadi relawan di sekolah-sekolah demi akhirnya diangkat sebagi PNS yang masih gembling itu. Sebagian lagi, sarjana pendidikan yang hanya duduk-duduk di rumah. Sebagian lagi sarjana pendidikan yang bekerja apa saja demi hidup. Sebagian darii mereka kecewa, marah, dan menyalahkan... Kenapa mereka tidak pernah tau sebelumnya bahwa ada banyak hal yang dapat mereka pelajari selain menjadi sarjana pendidikan....? Jujur saja, saya justru kecewa pada kemarahan mereka!
Untuk apa marah...??
Saya adalah salah satu orang yang lahir dan hidup di lingkungan daerah saya, yang kemudian menjadi sarjana pendidikan, yang awalanya juga merasa kesulitan untuk bekerja, tetapi selalu bertekat melakukan pekerjaan apa saja. Saya tidak menyalahkan lingkungan saya dan masa lalu saya. Saya merasa bahwa apa saja yang saya lalui sebelumnya adalah yang mampu membentuk diri saya saya saat ini. Banyak hal baik yang saya dapatkan. Secara umum ada banyak potensi yang kita miliki untuk bekerja, apalagi kalau sudah melewati jenjang sarjana pendidikan, wawasan, skill, dan kepribadian yang baik. Itu semua sudah cukup sebagai bekal agar seseorang mampu diterima bekerja di banyak tempat atau justru berwisausaha. Tinggal kitanya mau apa enggak...? Karena bagi saya pekerjaan adalah "Apa saja yang bisa saya kerjakan untuk mendapat uang selain dengan jalan kejahatan." dan "Apa saja yang saya sukai dan sesuai dengan bakat dan keterampilan saya.". Saya rasa ini cukup untuk bekal kita semua terutama yang masih jobless di daerah saya. Move on Guys... Banyak yang bisa dilakukan selain mengeluh. Karena mengeluh sama halnya dengan menyia-nyiakan tenaga, emosi, dan waktu,